memanfaatkan ruang modular



Ada hal menarik dari sebuah pasar di kawasan Gendeng Yogyakarta, pagar-pagar kawat dengan kolom-kolom beton berukuran 25x25 cm dengan jarak 4 meter yang berfungsi sebagai pembatas area rel kereta api dengan lingkungan sekitarnya, dimanfaatkan dengan sangat baik oleh warga sekitar. Pagar-pagar pembatas tersebut dimanfaatkan sebagai ruang modular yang sekaligus membagi ruang-ruang bagi pedagang satu dengan pedagang lainnya. Tidak hanya berperan sebagai pembentuk ruang, kolom-kolom tersebut juga dimanfaatkan dalam membentuk temporary architecture, dengan menciptakan shelter bagi tempat berjualan yang dapat 'dilipat' dengan cepat, ketika waktu berjualan telah habis.



Sejatinya, ruang yang berfungsi sebagai pasar tradisional tersebut adalah ruang linear yang berfungsi sebagai jalan. Namun kebutuhan akan adanya ruang dalam transaksi kebutuhan sehari-hari warga sekitar, membawa pada 'kesepakatan' untuk mengalihkan fungsi ruang secara temporer. Pada pagi sampai pukul 10.00 wib, ruang tersebut berfungsi sebagai pasar tradisional, selanjutnya kembali sebagai jalur sirkulasi.


Perubahan fungsi tersebut membawa kepada bentuk pasar yang temporer, dengan memanfaatkan ruang modular, maka para pedagang membuat pasar mereka dapat beralih menjadi jalur sirkulasi kembali dalam waktu singkat, dan ketika pagi tiba, dengan waktu singkat, kembali menjadi sebuah pasar.


Detail yang digunakan pun sangat sederhana tetapi benar dan efisien. Pondasi yang digunakan memanfaatkan kaleng atau ember bekas yang berfungsi layaknya pondasi umpak. Material bambu dan kayu dimanfaatkan untuk membuat shelter yang sederhana namun efektif.
Kegiatan secara keseluruhan pada pasar ini tidak membawa kesan bahwa ini adalah pasar temporer, namun terlihat sebagai sebuah pasar tradisional yang permanen. (monang)

No comments:

Post a Comment