bali: identitas "kegunaan" dan "keberadaan"

Berada di Bali selalu membuat saya besemangat, atmosfer yang berbeda dari pulau indah inilah yang menghantar pada kondisi tersebut. Budaya yang kental dan senantiasa dijaga dari masa ke masa, tidak hanya tervisualisasi pada berbagai upacara keagamaan yang kerap tersaji, namun pola hidup, dan ketaatan pada tradisi senantiasa terjaga.


Hal ini membuat pulau ini menjadi sesuatu yang berbeda, bahkan meski globalisasi kerap melingkupinya. Arsitektur pun seolah sadar akan adanya identitas yang kental ini. Berbeda dengan daerah lain yang berlomba memasukkan unsur antah berantah dalam penataan kota dan lingkungan visualnya, untuk mencapai satu kata; ‘modern’, atau kata lainnya; ‘internasional’. Arsitektur di Bali tetap dapat dikatakan ‘Bali’. Kesadaran akan budaya, adat-istiadat dan lingkungan tropis membawa arsitektur menjadi bagian tak terpisahkan dari atmosfer yang terbentuk.

Sesuatu yang perlu ditekankan adalah, ke-Bali-an yang terpancar dari berbagai karya arsitektur, bukan sesuatu yang latah, atau sebuah ‘pakaian’ yang dikenakan hanya untuk dikatakan kontekstual, namun sesuatu yang memang berangkat dari kebutuhan mendasar, yaitu: identitas. Bangunan-bangunan tersebut, walaupun hadir dengan gaya yang sama, Bali, namun tetap dapat dibaca fungsinya secara visual. Apakah bangunan pemerintahan, pendidikan, hotel, maupun tempat ibadah, tetap dapat dibedakan, karena identitas ke-guna-annya pun tetap dipertahankan, sebagaimana identitas keberadaannya.


Gambar gereja di samping ini hanyalah salah satu contoh kecil, bagaimana fungsi bangunan tetap dapat berjalan dengan baik, serta tetap mampu melayani aktivitas yang dipercayakan padanya, meski secara visual memancarkan atmosfer lokal, Bali.

Dari sini jelas, bahwa identitas ‘kegunaan’ tetap dapat berjalan beriringan dengan identitas ‘keberadaan’ dan dapat bersinergi membentuk jati diri yang justru semakin kuat. Tanpa berusaha menisbikan salah satu di antaranya, dengan memasukkan unsur yang bukan darinya, arsitektur lokal akan mampu membentuk atmosfer yang kuat dan menjadikan globalisasi hanya sebagai penonton dan bukannya pemain. (monang)

No comments:

Post a Comment