Toraja: Bertahannya sebuah tradisi



Toraja, dapat dikatakan, adalah salah satu wilayah yang mampu membentengi dirinya dari apa yang dinamakan globalisasi. Wilayah ini seolah sadar betul, bahwa satu-satunya yang dapat menolak globalisasi adalah ‘lokalitas’. Keberadaan unsur-unsur lokal tidak saja dipertahankan sebatas aktivitas kultural, sebagaimana berbagai upacara dan tradisi yang masih sangat kental, namn juga terihat pada kesadaran akan hubungan yang baik dengan alam. Alam yang seolah merespon hubungan tersebut seolah membentengi wilayah ini dengan punggung-punggung bukitnya.


Secara arsitektural, setidaknya terdapat tiga elemen penting dalam kehidupan masyarakat Toraja, yaitu rumah, lumbung, dan makam. Sebagaimana tipikal rumah-rumah tradisional nusantara pada umumnya, rumah masyarakat Toraja pun berhadapan dengan sebuah lumbung padi, sebagai sebuah wadah yang sangat memengaruhi keberkangsungan hidup dan kehidupan mereka. Sedangkan makam, merupakan sebuah ‘perjalanan’ terakhir masyarakat Toraja di muka bumi, oleh sebab itulah, makam-makam diletakkan di atas tebing sebuah bukit, agar ‘hubungan’ dengan bumi tidak lagi terjadi. Pada perkembangannya, masyarakat yang memiliki kemampuan finansial yang lebih baik, akan membuat sebuah makam yang lebih permanen dengan arsitektur yang menyerupai rumah mereka, namun konsep terangkat dari permukaan tanah, tetaplah terwujud pada makam ini. (monang)

No comments:

Post a Comment